puisi brengsek

Kebrengsekannya tidak mengurangi pemaknaan. Mereka hanyalah perkebunan kata-kata, yang kadang rimbun kadang kering, tergantung musim dan kecocokan pupuk.

Rabu, Mei 07, 2008

belok kanan

Di perempatan malam dekat halte bis kantor kecamatan
Ku perhatikan bulan semakin gelisah
Matanya meredup layu. Mungkin tertusuk rindu
Ditunggunya sang matahari, tak sabar untuk berjabat tangan

Aku termangu, menahan ngilu. Mungkin tertusuk rindu..
Ditunggu sang bintang, tak sabarku untuk berjabat tangan..

RGI - 29042008
dimamahbiaki burahol di 16.18.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

mencari

yang sudah - sudah

  • ▼  2008 (44)
    • ▼  Mei (11)
      • Kemarin hari..
      • TAmu
      • belok kanan
      • Belok kiri
      • Maaf
      • Dingin
      • Dari kejauhan
      • Terimakasih
      • Cukup
      • Terjaga
      • Tak jera
    • ►  Juni (1)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  November (3)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2009 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2010 (7)
    • ►  Januari (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2011 (12)
    • ►  Februari (1)
    • ►  April (1)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (5)
  • ►  2012 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (6)
    • ►  April (6)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juli (1)

teman - teman

  • Sinaran
  • precious world in my ordinary life
  • Lights Will Guide You Home ...
  • PUISI DALAM WAKTU
  • the afternoon swings
  • Listya
  • Siska Suryani
  • Di Balik Awan
  • hitam :: jingga
  • Ordinary people
  • A.M Arifin
  • It's me...Fani...
  • Anggiara
  • abahsangpenyamunyangjarangmanyun
  • Linkbee: http://mmugnitaufik.blogspot.com
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.