puisi brengsek

Kebrengsekannya tidak mengurangi pemaknaan. Mereka hanyalah perkebunan kata-kata, yang kadang rimbun kadang kering, tergantung musim dan kecocokan pupuk.

Rabu, Agustus 20, 2008

kejauhan

Ku tersisih diantara lamunan yang meronta-ronta
Harusnya kudiamkan mereka hingga membeku
Hingga akhirnya dapat ku serbu dengan rayu

Sedangkan,
Kau kabari aku tentang sejuta masa depan
Menetaskan mimpi yang saling menumbuk dan bersautan

Mari nona,
Kita tuntaskan hingga renta

190807.TEBET.RGI
dimamahbiaki burahol di 13.32.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

mencari

yang sudah - sudah

  • ▼  2008 (44)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Juli (12)
    • ▼  Agustus (11)
      • Blitz
      • cuek
      • di pabrik tempat tidur
      • belum pagi
      • solo
      • melamun
      • berebut nasib
      • berkunjung dahulu
      • kejauhan
      • buram
      • Ikhlas Mencumbu
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  November (3)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2009 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2010 (7)
    • ►  Januari (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2011 (12)
    • ►  Februari (1)
    • ►  April (1)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (5)
  • ►  2012 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (6)
    • ►  April (6)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juli (1)

teman - teman

  • Sinaran
  • precious world in my ordinary life
  • Lights Will Guide You Home ...
  • PUISI DALAM WAKTU
  • the afternoon swings
  • Listya
  • Siska Suryani
  • Di Balik Awan
  • hitam :: jingga
  • Ordinary people
  • A.M Arifin
  • It's me...Fani...
  • Anggiara
  • abahsangpenyamunyangjarangmanyun
  • Linkbee: http://mmugnitaufik.blogspot.com
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.