puisi brengsek

Kebrengsekannya tidak mengurangi pemaknaan. Mereka hanyalah perkebunan kata-kata, yang kadang rimbun kadang kering, tergantung musim dan kecocokan pupuk.

Jumat, April 26, 2013

Emsi

Ku terjaga didepan kantor camat sebelah selokan,
Mungkin mimpi, tapi nyata hampa rasanya.

Kau tampak tertegun di meja pendaftaran transmigrasi.
Penuh sesak dan semrawutan. Tapi kau tetap manis menjaga senja.

Aku berdiri disamping gudang yang riang menampung kalut.
Namun kau tetap tenang menata rasa.
Sedang hari selalu setia menunggu masa depan
dimamahbiaki burahol di 11.37.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

mencari

yang sudah - sudah

  • ►  2008 (44)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  November (3)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2009 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2010 (7)
    • ►  Januari (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2011 (12)
    • ►  Februari (1)
    • ►  April (1)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (5)
  • ►  2012 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2013 (6)
    • ▼  April (6)
      • Sah
      • Berkeliar-liar
      • Pejam
      • Frustasi 2
      • cafetaria
      • Emsi
  • ►  2015 (1)
    • ►  Juli (1)

teman - teman

  • Sinaran
  • precious world in my ordinary life
  • Lights Will Guide You Home ...
  • PUISI DALAM WAKTU
  • the afternoon swings
  • Listya
  • Siska Suryani
  • Di Balik Awan
  • hitam :: jingga
  • Ordinary people
  • A.M Arifin
  • It's me...Fani...
  • Anggiara
  • abahsangpenyamunyangjarangmanyun
  • Linkbee: http://mmugnitaufik.blogspot.com
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.